Akhir-akhir ini banyak
yang mengalami cidera saat mendaki meski begitu para pendaki banyak yang masih
kukuh ingin melakukan pendakian. Kemarin Senin (1/1/2018) terdapat pendaki
mengalami cedera yaitu dikarenakan kram pada kaki pendaki. Melihat banyaknya
pendaki yang sering melakukan pendakian dimusim yang tidak tentu seperti ini,
maka kami akan membahas artikel tentang gejala-gejala yang sering menimpa
pendaki.
Saat mendaki kenali
beberpa gejala yang akan menimpa diri anda ataupun teman kalian. Sebelum mendaki
lebih baik kenali dahulu gejala yang sering menimpa pendaki dan penanganannya. Gejala
yang dialami saat musim panas hingga yang teramat dingin.
1. Heat
Cramps
(kram kraena panas)
Heat cramps
adalah kram/kejang otot yang hebat akibat dari keringat berlebihan, terjadi
selama melakukan aktivitas pada cuaca yang sangat panas. Kram ini disebakan
oleh banyak kehilangan cairan dan disebabkan oleh banyak kehilangan cairan zat
garam (termasuk natrium, kalium, dan magnesiuam) dalam tubuh akibat keringat
berlebihan. Keringat berlebihan itu sendiri sering terjadi ketika melakukan
aktivitas fisik yang berat. Apabila tidak segera ditangani, kram ini dapat
menyabakan cedera otot serius dan juga penyakit lain seprti heat exhaustion
(kelelahan karena panas)
·
Gejala yang muncul antara lain:
o
Kram yang tiba-tiba, biasanya timbul di
jari kaki, tangan betis, pundak, dan kaki.
o
Otot mengeras, tegang, otot sulit untuk di
kendurkan, dan di gerakkan.
o
Kram menimbulkan rasa sangat nyeri.
·
Tindakan penanganan:
§ Penderita
perlu istirahat sejenak untuk memulihkan/melemaskan kondisi otot.
§ Membebaskan
bagian yang kram dari adanya pembebanan.
§ Mengkonsumsi
minuman/makanan yang mengandung garam.
2. Heat
Exhaustion
(Kelelahan karena Panas)
Heat Exhaustion
atau kelelahan karena panas adalah keadaan yang terjadi karena terpapar/terkena
panas selama berjam-jam sehingga banyak kehilangan cairan tubuh akibat
mengeluarkan banyak keringat. Banyaknya cairan tubuh yang keluar menimbulkan
kelelahan, tekanan darah rendah bahkan hingga pingsan/tidak sadarkan diri. Apabila
kelelahan ini tidak segera diatasi maka dapat menimbulkan penyakit yang lebih
serius yaitu heat stroke.
·
Gejala yang muncul antara lain:
o
Tubuh kelelahan dan lemas.
o
Rasa kecemasan yang meningkat.
o
Badan basah karena berkeringat.
o
Saat berdiri penderita akan merasa pusing
karena darah terkumpul di dalam pembuluh darah tungkai, yang melebar akibat
panas.
o
Denyut jantung menjadi lambat dan lemah.
o
Kulit menjadi dingin, pucat dan lembab.
o
Penderita mendadak linglung/bingung
terkadang pingsan.
·
Tindakan penanganan:
o
Beristirahat di daerah yang teduh,
usahakan posisi istirahat berbaring atau datar.
o
Meminum minuman yang mengandung elektrolit.
o
Apabila pingsan, lakukan pertolongan
pertama pada orang pingsan.
3. Heat
Stroke
(Stroke Karena Panas)
heat Stroke
merupakan suatu keadaan yang dapat berakibat fatal. Heat stroke terjadi karena
terpapar panas dalam waktu yang sangat lama, dimana penderita tidak dapat
mengeluarkan keringat yang cukup untuk menurunkan suhu tubuhnya. Heat stroke
dapat menyababkan keruskan permanen atau kematian. Suhu yang mencapai 39-410
C adalah masalah yang sangat serius, 1 derajat di atasnya sering kali berakibat
fatal. Kerusakan permanen pada organ dalam yang terjadi misalnya otak dapat
melambat bekerja hingga bahkan berhenti bekerja dan sering berakhir dengan
kematian.
·
Gejal yang muncul antara lain:
o
Sakit kepala atau pusing.
o
Perasaan berputar atau vertigo.
o
Kulit terasa panas, tampak merah dan
biasanya kering.
o
Denyut jantung meningkat dan bisa mencapai
160-180 kali/menit (dimana normal adalah 60-100 kali/menit).
o
Laju pernafasan biasanya meningkat, tetapi
tekanan darah jarang berubah.
o
Suhu tubuh meningkat, bahkan dapat
mencapai 40-410 C, menyebabkan perasaan seperti terbakar.
o
Penderita dapat mengalami disorientsi
(bingung) dan bisa mengalami penurunan keadaran atau kejang.
·
Tindakan Penanganan:
o
Pindahkan korban dengan segera ketempat
yang sejuk, buka seluruh baju luarnya.
o
Bungkus korban dengan selimut yang sejuk
dan basah. Usahakan agar selimut tetap basah. Dinginkan korban hingga sunhunya
mencapai 380 C.
o
Saat temperature mencapai kira-kira 380
C, ganti selimut basah dengan kering, lanjutkan perawatan pada korban secara
hati-hati.
4. Mountain
Sickness
(Penyakit Gunung)
Mauntain Sickness
adalah penyakit gunung yang disebabkan salah satunya karena adanya penurunan
kadar oksigen di dalam darah karena berada di ketinggian tertentu. Kita tahu
bawa semakin tinggi maka kadar oksigen di udara akan semakin berkurang. Faktor
yang dapat menjadi penyebab penyakit gunung ini adalah kurangnya aklimatisi (proses penyesuaian diri pada
dua kondisi lingkungan yang berbeda) dan pergerakan mencapai ketinggian
tertentu yang terlalu cepat.
·
Gejala yang muncul antara lain:
o
Kepala pusing.
o
Sesak nafas.
o
Tidak nafsu makan.
o
Mual dan terkadang muntah.
o
Badan terasa lemas, lesu, malas.
o
Jantung berdenyut cepat.
o
Penderita kesulitan tidur.
o
Muka Nampak pucat.
o
Kuku dan bibir terlihat kebiru-biruan.
·
Tindakan penanganan:
o
Memberikan gas oksigen kepada penderita
atau mengatur pola pernapasan.
o
Beristirahat yang cukup, pada umumnya
gejal ini akan hilang dengan sendirinya setelah beristirahat selama 24 sampai
dengan 48 jam.
o
Jika kondisi tidak membaik maka harus
menurunkan penderita dari ketinggian tersebut, sekitar 500 sampai dengan 600
meter.
5. Hypothermia (Hipotermia)
Hipothermia
adalah suatu keadan dimana kondisi tubuh tidak dapat menghasilkan panas yang
disertai dengan menurunnya suhu inti tubuh di bawah 350C. Hal ini
dapat disebabkan beberapa faktor, diantaranya: cuaca yang ekstrim (dingin,
berangin, atau badai), bawaan pakaian yang tidak cukup sehingga terpaksa
mengenakan pakaian basah, kurangnya makanan yang mengandung kalori tinggi
·
Gejala yang muncul antara lain:
o
Tubuh kedinginan, lemas, kaku dan
menggigil.
o
Muka pucat dan kulit kering.
o
Bingung, sikap seakan tidak wajar.
o
Jatuh kesadaran/pingsan.
o
Nafas pelan dan pendek.
o
Denyut nadi yang pelan dan melemah.
·
Gejala apabila dilihat dari suhunya:
o
370C adalah suhu normal orang
pada umumnya.
o
36-350C menggigil dengan
disertai bulu yang berdiri namun masih terkendali atau dapat diatur.
Mempengaruhi gerak langkah menjadi lamban dan koordinasi tubuh mulai terganggu.
o
350C menggigil hingga tidak
terkendali.
o
35-330C pengambilan keputusan
dan koordinasi tubuh mulai kabur, langkah kaki sering tersandung, berbicara
kasar (dipaksakan untuk keras).
o
330C tubuh semakin menggigil.
Denyut nadi dan tekanan darah mulai menurun.
o
32-290C menggigil berhenti.
Kebingungan meningkat, ingatan hilang, gerakan seakan tersentak-sentak, bola
mata mulai membesar.
o
29-280C otot menjadi kaku, bola
mata membesar, denyut nadi melemah dan tidak teratur, tarikan nafas melemah,
warna kulit tubuh membiru/memutih, tingkah laku kacau, menuju kearah tidak
sadar.
o
270C pingsan dan bola mata
tidak lagi menjawab gerakan cahaya, kehilangan gerakan spontan tampak seperti
telah meninggal.
o
260C koma yang sangat darurat,
suhu tubuh mulai menurun dangan cepat sekali.
o
200C denyut jantung berhenti.
·
Tindakan penanganan:
o
Jangan biaraka orang yang terkena hipotermia tertidur, karena hal ini
dapat membuatnya kehilagan kesadaran sehingga tidak mampu lagi menghangatkan
badannya sendiri. Menggigil sebenarnya adalah usaha secara biologis dari badan
untuk tetap hangat, karena itu usahakan tidak tertidur.
o
Berilah minuman hangat dan manis kepada
penderita hipotermia.
o
Bila baju yang dipakai basah segera
mungkin gantilah dengan baju yang kering.
o
Usahakan untuk mencari tempat yang aman
dari hembusan angin, misalnya dengan mendirikan tenda atau pelindung lainnya.
o
Jangan membaringkan penderita di tanah
secara langsung dan usahakna agar memakai alas kering dan hangat seperti
matras/aluminium foil.
o
Masukkan penderita ke dalam kantong tidur.
Usahakan agar kantong tidur tersebut di hangatkan terlebih dahulu. Umumnya saat
memasukkan penderita ke dalam kantong tidur yang dingin tidak akan memadai
karena badan penderita sulit menghasilkan panas yang mampu menghangatkan
kantong tidur tersebut.
o
Letakkan botol atau kantong yang diisi
dengan air hangat ke dalam kantong tidur untuk membantu memanaskan kantong
tidur
o
Bila kantong tidur tidak cukup lebar, maka
panas badan orang yang masih sehat dapat membantu penderita secara langsung,
yaitu dengan tidur berdampingan di dalam satu kantong tidur. Kalu mungkin, dua
orang masih sehat masuk kedalam kantong tidur rangkap dua, kemudian penderita
di selipkan di tengah-tengahnya.
o
Apabila memungkinkan buatlah per-apian di
kedua sisi penderita.
o
Setelah penderita sadar berikanlah makanan
dan minuman manis atau hangat, karena hidrat arang merupakan bahan bakar yang
cepat sekali menghasilkan panas dan energi. Makanan yang di kenal efektif mengatasi
hipotermia salah satunya yaitu bawang
putih, karena dapat menghangatkan dari dalam seseorang.
6.
Hipoksia
Hipoksia
adalah kondisi simtoma kekurangan
oksigen pada jaringan tubuh yang terjadi akibat pengaruh perbedaan ketinggian.
Pada kasus yang fatal dapat berakibat koma, bahkan dapat berujung kematian.
Namun, bila sudah terbiasa beberapa waktu, tubuh akan segera dan
berangsur-angsur kembali ke kondisi normal. Efek hipoksia yang paling dini terhadap fisiologi tubuh adalah
menurunnya ketajaman penglihatan di malam hari, kecepatan bernapas paru-paru
juga akan meningkat karena berusaha memperoleh oksigen sebanyak-banyaknya.
Apabila keadaan lebih tinggi lagi, maka dapat di jumpai gejala-gejala seperti:
rasa ngantuk, lesu, kelelahan mental, sakit kepala, mual dan kadang-kadang euphoria atau rasa nyaman yang semu.
Gejala yang paling namapak dominan adalah sakit kepala. Jika hipoksia berlebihan maka akan membuat
kejang, mengakibatkan koma dan mati rasa. Selain itu pertimbangan daya terhadap
lingkungan menjadi berkurang sehingga menyebabkan kurangnya kontrol terhadap
gerakan motoric. Hal tersebut memberikan dampak kemungkinan kecelakaan yang
jauh lebih besar.
·
Tingkat penyakit hipoksia:
o
Hipoksia
fulminant, dimana terjadi pernapasan yang sangat cepat.
Paru-paru menghirup udara tanpa adanya udara bersih dan oksigen. Sering ditemui
kasus dalam waktu beberapa menit akan jatuh pingsan.
o
Hipoksia
akut,
dimana terjadi pada udara yang tertutup akibat keracunan karbon monoksida atau
gas lain. Misalnya, seorang pendaki gunung tiba-tiba tidak mampu menghirup
udara bersih, sehingga pendaki dapat mendadak pingsan.
·
Dampak dari hipoksida adalah:
o
Kesulitan dalam koordinasi, berbicara, dan
konsentrasi.
o
Kesulitan bernapas, mengantuk, kelelahan
dan sianosis (warna kulit membiru).
o
Penurunan penglihatan, pendengaran dan
fungsi sendorik lainnya.
o
Tubuh berkeringat.
Hipoksia
yang berlanjutan dapat mengakibabtkan ketidak sadaran/pingsan, koma dan
akhirnya meninggal. Hal ini tergantung pada ketinggian dan kondisi pendaki.
Proses hipoksia timbul secara perlahan. Biasanya pendaki gunung yang terlalu
lama dalam perjalanan pendakian, sesampainya di rumah tubuhnya tidak dapat
menerima perubahan suhu. Hipoksia
yang terjadi agak lama, tentu saja akan menggangu proses pernapasan yang
dilakukan paru-paru. Untuk mencegah dampak buruk dari hipoksia, para pendaki gunung yang sebelumnya mengidap penyakit
jantung, pernapasan dan gangguan sirkulasi darah dianjurkan untuk tidak mencapai
ketinggian melebihi daya tahan tubuh. Dianjurkan sebelum mendaki gunug,
seseorang diharapkan periksa keadaan dan kesehatan diri.
7.
Frostbite
Frostbite
dikenal juga dengan radang dingin dimana jaringan sel di dalam tubuh menjadi
rusak karena terjadi pembekuan. Cuaca dingin membuat cairan sel diantara kulit
dan kapiler membeku dan menjadi rusak karena pembekuan dan menyebabkan aliran
menjadi tidak lancar. Apabila terdapat bagian-bagian yang tidak teraliri darah
lebih dari 15 menit akan menimbulkan pembusukan, sehingga harus di amputasi. Frostbite biasanya dapat timbul saat
temperatur kulit yang berada di bawah 100C.
·
Gejala yang muncul antara lain:
o
Kulit atau tubuh mengeras, padat, putih,
keabu-abuan.
o
Jaringan kulit akan mengeras dan dapat meluas
ke otot dan selanjutnya ke tulang.
o
Bagian yang terkena frostbite terasa dingin bahkan mati rasa.
·
Tindakan penanganan:
o
Membungkus bagian yang terkena dangan
bahan yang kering dan tahan air (water
crous).
o
Memasukan penderita ke dalam tenda, lalu masukkan
bagian yang membeku kedalam air hangat bersuhu 300C.
o
Apabila telah meluas, jalan satu-satunya
adalah dipotong/amputasi.
Diatas tadi adalah
berbagai gejala-gejala yang sering menimpa pendaki. Adanya artikel semoga
bermanfaat bagi kalian yang sering mendaki atau baru mendaki. Jika ada
kesalahan dalam memberi info atau mengatasi gejala diatas penulis mohon maaf
atas kesalahan atas tulisan tersebut.
Penulis: Samsul Ali
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home