Thursday 4 January 2018

Gejala-Gejala Dan Penanganan Cidera Saat Mendaki

Korban Kram Saat Mendaki

Akhir-akhir ini banyak yang mengalami cidera saat mendaki meski begitu para pendaki banyak yang masih kukuh ingin melakukan pendakian. Kemarin Senin (1/1/2018) terdapat pendaki mengalami cedera yaitu dikarenakan kram pada kaki pendaki. Melihat banyaknya pendaki yang sering melakukan pendakian dimusim yang tidak tentu seperti ini, maka kami akan membahas artikel tentang gejala-gejala yang sering menimpa pendaki.

Saat mendaki kenali beberpa gejala yang akan menimpa diri anda ataupun teman kalian. Sebelum mendaki lebih baik kenali dahulu gejala yang sering menimpa pendaki dan penanganannya. Gejala yang dialami saat musim panas hingga yang teramat dingin.

1.      Heat Cramps (kram kraena panas)
Heat cramps adalah kram/kejang otot yang hebat akibat dari keringat berlebihan, terjadi selama melakukan aktivitas pada cuaca yang sangat panas. Kram ini disebakan oleh banyak kehilangan cairan dan disebabkan oleh banyak kehilangan cairan zat garam (termasuk natrium, kalium, dan magnesiuam) dalam tubuh akibat keringat berlebihan. Keringat berlebihan itu sendiri sering terjadi ketika melakukan aktivitas fisik yang berat. Apabila tidak segera ditangani, kram ini dapat menyabakan cedera otot serius dan juga penyakit lain seprti heat exhaustion (kelelahan karena panas)

·         Gejala yang muncul antara lain:
o   Kram yang tiba-tiba, biasanya timbul di jari kaki, tangan betis, pundak, dan kaki.
o   Otot mengeras, tegang, otot sulit untuk di kendurkan, dan di gerakkan.
o   Kram menimbulkan rasa sangat nyeri.

·         Tindakan penanganan:
§  Penderita perlu istirahat sejenak untuk memulihkan/melemaskan kondisi otot.
§  Membebaskan bagian yang kram dari adanya pembebanan.
§  Mengkonsumsi minuman/makanan yang mengandung garam.

2.      Heat Exhaustion (Kelelahan karena Panas)
Heat Exhaustion atau kelelahan karena panas adalah keadaan yang terjadi karena terpapar/terkena panas selama berjam-jam sehingga banyak kehilangan cairan tubuh akibat mengeluarkan banyak keringat. Banyaknya cairan tubuh yang keluar menimbulkan kelelahan, tekanan darah rendah bahkan hingga pingsan/tidak sadarkan diri. Apabila kelelahan ini tidak segera diatasi maka dapat menimbulkan penyakit yang lebih serius yaitu heat stroke.

·         Gejala yang muncul antara lain:
o   Tubuh kelelahan dan lemas.
o   Rasa kecemasan yang meningkat.
o   Badan basah karena berkeringat.
o   Saat berdiri penderita akan merasa pusing karena darah terkumpul di dalam pembuluh darah tungkai, yang melebar akibat panas.
o   Denyut jantung menjadi lambat dan lemah.
o   Kulit menjadi dingin, pucat dan lembab.
o   Penderita mendadak linglung/bingung terkadang pingsan.

·         Tindakan penanganan:
o   Beristirahat di daerah yang teduh, usahakan posisi istirahat berbaring atau datar.
o   Meminum minuman yang mengandung elektrolit.
o   Apabila pingsan, lakukan pertolongan pertama pada orang pingsan.

3.      Heat Stroke (Stroke Karena Panas)
heat Stroke merupakan suatu keadaan yang dapat berakibat fatal. Heat stroke terjadi karena terpapar panas dalam waktu yang sangat lama, dimana penderita tidak dapat mengeluarkan keringat yang cukup untuk menurunkan suhu tubuhnya. Heat stroke dapat menyababkan keruskan permanen atau kematian. Suhu yang mencapai 39-410 C adalah masalah yang sangat serius, 1 derajat di atasnya sering kali berakibat fatal. Kerusakan permanen pada organ dalam yang terjadi misalnya otak dapat melambat bekerja hingga bahkan berhenti bekerja dan sering berakhir dengan kematian.

·         Gejal yang muncul antara lain:
o   Sakit kepala atau pusing.
o   Perasaan berputar atau vertigo.
o   Kulit terasa panas, tampak merah dan biasanya kering.
o   Denyut jantung meningkat dan bisa mencapai 160-180 kali/menit (dimana normal adalah 60-100 kali/menit).
o   Laju pernafasan biasanya meningkat, tetapi tekanan darah jarang berubah.
o   Suhu tubuh meningkat, bahkan dapat mencapai 40-410 C, menyebabkan perasaan seperti terbakar.
o   Penderita dapat mengalami disorientsi (bingung) dan bisa mengalami penurunan keadaran atau kejang.

·         Tindakan Penanganan:
o   Pindahkan korban dengan segera ketempat yang sejuk, buka seluruh baju luarnya.
o   Bungkus korban dengan selimut yang sejuk dan basah. Usahakan agar selimut tetap basah. Dinginkan korban hingga sunhunya mencapai 380 C.
o   Saat temperature mencapai kira-kira 380 C, ganti selimut basah dengan kering, lanjutkan perawatan pada korban secara hati-hati.

4.      Mountain Sickness (Penyakit Gunung)
Mauntain Sickness adalah penyakit gunung yang disebabkan salah satunya karena adanya penurunan kadar oksigen di dalam darah karena berada di ketinggian tertentu. Kita tahu bawa semakin tinggi maka kadar oksigen di udara akan semakin berkurang. Faktor yang dapat menjadi penyebab penyakit gunung ini adalah kurangnya aklimatisi (proses penyesuaian diri pada dua kondisi lingkungan yang berbeda) dan pergerakan mencapai ketinggian tertentu yang terlalu cepat.

·         Gejala yang muncul antara lain:
o   Kepala pusing.
o   Sesak nafas.
o   Tidak nafsu makan.
o   Mual dan terkadang muntah.
o   Badan terasa lemas, lesu, malas.
o   Jantung berdenyut cepat.
o   Penderita kesulitan tidur.
o   Muka Nampak pucat.
o   Kuku dan bibir terlihat kebiru-biruan.

·         Tindakan penanganan:
o   Memberikan gas oksigen kepada penderita atau mengatur pola pernapasan.
o   Beristirahat yang cukup, pada umumnya gejal ini akan hilang dengan sendirinya setelah beristirahat selama 24 sampai dengan 48 jam.
o   Jika kondisi tidak membaik maka harus menurunkan penderita dari ketinggian tersebut, sekitar 500 sampai dengan 600 meter.

5.      Hypothermia (Hipotermia)
Hipothermia adalah suatu keadan dimana kondisi tubuh tidak dapat menghasilkan panas yang disertai dengan menurunnya suhu inti tubuh di bawah 350C. Hal ini dapat disebabkan beberapa faktor, diantaranya: cuaca yang ekstrim (dingin, berangin, atau badai), bawaan pakaian yang tidak cukup sehingga terpaksa mengenakan pakaian basah, kurangnya makanan yang mengandung kalori tinggi

·         Gejala yang muncul antara lain:
o   Tubuh kedinginan, lemas, kaku dan menggigil.
o   Muka pucat dan kulit kering.
o   Bingung, sikap seakan tidak wajar.
o   Jatuh kesadaran/pingsan.
o   Nafas pelan dan pendek.
o   Denyut nadi yang pelan dan melemah.

·         Gejala apabila dilihat dari suhunya:
o   370C adalah suhu normal orang pada umumnya.
o   36-350C menggigil dengan disertai bulu yang berdiri namun masih terkendali atau dapat diatur. Mempengaruhi gerak langkah menjadi lamban dan koordinasi tubuh mulai terganggu.
o   350C menggigil hingga tidak terkendali.
o   35-330C pengambilan keputusan dan koordinasi tubuh mulai kabur, langkah kaki sering tersandung, berbicara kasar (dipaksakan untuk keras).
o   330C tubuh semakin menggigil. Denyut nadi dan tekanan darah mulai menurun.
o   32-290C menggigil berhenti. Kebingungan meningkat, ingatan hilang, gerakan seakan tersentak-sentak, bola mata mulai membesar.
o   29-280C otot menjadi kaku, bola mata membesar, denyut nadi melemah dan tidak teratur, tarikan nafas melemah, warna kulit tubuh membiru/memutih, tingkah laku kacau, menuju kearah tidak sadar.
o   270C pingsan dan bola mata tidak lagi menjawab gerakan cahaya, kehilangan gerakan spontan tampak seperti telah meninggal.
o   260C koma yang sangat darurat, suhu tubuh mulai menurun dangan cepat sekali.
o   200C denyut jantung berhenti.

·         Tindakan penanganan:
o   Jangan biaraka orang yang terkena hipotermia tertidur, karena hal ini dapat membuatnya kehilagan kesadaran sehingga tidak mampu lagi menghangatkan badannya sendiri. Menggigil sebenarnya adalah usaha secara biologis dari badan untuk tetap hangat, karena itu usahakan tidak tertidur.
o   Berilah minuman hangat dan manis kepada penderita hipotermia.
o   Bila baju yang dipakai basah segera mungkin gantilah dengan baju yang kering.
o   Usahakan untuk mencari tempat yang aman dari hembusan angin, misalnya dengan mendirikan tenda atau pelindung lainnya.
o   Jangan membaringkan penderita di tanah secara langsung dan usahakna agar memakai alas kering dan hangat seperti matras/aluminium foil.
o   Masukkan penderita ke dalam kantong tidur. Usahakan agar kantong tidur tersebut di hangatkan terlebih dahulu. Umumnya saat memasukkan penderita ke dalam kantong tidur yang dingin tidak akan memadai karena badan penderita sulit menghasilkan panas yang mampu menghangatkan kantong tidur tersebut.
o   Letakkan botol atau kantong yang diisi dengan air hangat ke dalam kantong tidur untuk membantu memanaskan kantong tidur
o   Bila kantong tidur tidak cukup lebar, maka panas badan orang yang masih sehat dapat membantu penderita secara langsung, yaitu dengan tidur berdampingan di dalam satu kantong tidur. Kalu mungkin, dua orang masih sehat masuk kedalam kantong tidur rangkap dua, kemudian penderita di selipkan di tengah-tengahnya.
o   Apabila memungkinkan buatlah per-apian di kedua sisi penderita.
o   Setelah penderita sadar berikanlah makanan dan minuman manis atau hangat, karena hidrat arang merupakan bahan bakar yang cepat sekali menghasilkan panas dan energi. Makanan yang di kenal efektif mengatasi hipotermia salah satunya yaitu bawang putih, karena dapat menghangatkan dari dalam seseorang.

6.      Hipoksia
Hipoksia adalah kondisi simtoma kekurangan oksigen pada jaringan tubuh yang terjadi akibat pengaruh perbedaan ketinggian. Pada kasus yang fatal dapat berakibat koma, bahkan dapat berujung kematian. Namun, bila sudah terbiasa beberapa waktu, tubuh akan segera dan berangsur-angsur kembali ke kondisi normal. Efek hipoksia yang paling dini terhadap fisiologi tubuh adalah menurunnya ketajaman penglihatan di malam hari, kecepatan bernapas paru-paru juga akan meningkat karena berusaha memperoleh oksigen sebanyak-banyaknya. Apabila keadaan lebih tinggi lagi, maka dapat di jumpai gejala-gejala seperti: rasa ngantuk, lesu, kelelahan mental, sakit kepala, mual dan kadang-kadang euphoria atau rasa nyaman yang semu. Gejala yang paling namapak dominan adalah sakit kepala. Jika hipoksia berlebihan maka akan membuat kejang, mengakibatkan koma dan mati rasa. Selain itu pertimbangan daya terhadap lingkungan menjadi berkurang sehingga menyebabkan kurangnya kontrol terhadap gerakan motoric. Hal tersebut memberikan dampak kemungkinan kecelakaan yang jauh lebih besar.

·         Tingkat penyakit hipoksia:
o   Hipoksia fulminant, dimana terjadi pernapasan yang sangat cepat. Paru-paru menghirup udara tanpa adanya udara bersih dan oksigen. Sering ditemui kasus dalam waktu beberapa menit akan jatuh pingsan.
o   Hipoksia akut, dimana terjadi pada udara yang tertutup akibat keracunan karbon monoksida atau gas lain. Misalnya, seorang pendaki gunung tiba-tiba tidak mampu menghirup udara bersih, sehingga pendaki dapat mendadak pingsan.

·         Dampak dari hipoksida adalah:
o   Kesulitan dalam koordinasi, berbicara, dan konsentrasi.
o   Kesulitan bernapas, mengantuk, kelelahan dan sianosis (warna kulit membiru).
o   Penurunan penglihatan, pendengaran dan fungsi sendorik lainnya.
o   Tubuh berkeringat.

Hipoksia yang berlanjutan dapat mengakibabtkan ketidak sadaran/pingsan, koma dan akhirnya meninggal. Hal ini tergantung pada ketinggian dan kondisi pendaki. Proses hipoksia timbul secara perlahan. Biasanya pendaki gunung yang terlalu lama dalam perjalanan pendakian, sesampainya di rumah tubuhnya tidak dapat menerima perubahan suhu. Hipoksia yang terjadi agak lama, tentu saja akan menggangu proses pernapasan yang dilakukan paru-paru. Untuk mencegah dampak buruk dari hipoksia, para pendaki gunung yang sebelumnya mengidap penyakit jantung, pernapasan dan gangguan sirkulasi darah dianjurkan untuk tidak mencapai ketinggian melebihi daya tahan tubuh. Dianjurkan sebelum mendaki gunug, seseorang diharapkan periksa keadaan dan kesehatan diri.

7.      Frostbite
Frostbite dikenal juga dengan radang dingin dimana jaringan sel di dalam tubuh menjadi rusak karena terjadi pembekuan. Cuaca dingin membuat cairan sel diantara kulit dan kapiler membeku dan menjadi rusak karena pembekuan dan menyebabkan aliran menjadi tidak lancar. Apabila terdapat bagian-bagian yang tidak teraliri darah lebih dari 15 menit akan menimbulkan pembusukan, sehingga harus di amputasi. Frostbite biasanya dapat timbul saat temperatur kulit yang berada di bawah 100C.

·         Gejala yang muncul antara lain:
o   Kulit atau tubuh mengeras, padat, putih, keabu-abuan.
o   Jaringan kulit akan mengeras dan dapat meluas ke otot dan selanjutnya ke tulang.
o   Bagian yang terkena frostbite terasa dingin bahkan mati rasa.

·         Tindakan penanganan:
o   Membungkus bagian yang terkena dangan bahan yang kering dan tahan air (water crous).
o   Memasukan penderita ke dalam tenda, lalu masukkan bagian yang membeku kedalam air hangat bersuhu 300C.
o   Apabila telah meluas, jalan satu-satunya adalah dipotong/amputasi.

Diatas tadi adalah berbagai gejala-gejala yang sering menimpa pendaki. Adanya artikel semoga bermanfaat bagi kalian yang sering mendaki atau baru mendaki. Jika ada kesalahan dalam memberi info atau mengatasi gejala diatas penulis mohon maaf atas kesalahan atas tulisan tersebut.

Penulis: Samsul Ali

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home