Tuesday 7 December 2021

History Gunung Semeru



Gunung Semeru yang berada di Jawa Timur ini  memiliki ketinggian puncak 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl). Gunung Semeru adalah Gunung berapi tipe A, termasuk dalam jenis gunung Stratovolcano atau gunung api strato atau gunung api yang berbentuk kerucut.

Secara geografis berada di wilayah Kabupaten  Lumajang, Jawa Timur, sedangkan lerengnya  yang berada di sebelah barat masuk dalam wilayah Kabupaten Malang. Gunung Semeru berada di Koordinat 8°6′28.8″S 112°55′12.0″E.

Berdasarkan data sejarahnya, Gunung Semeru sudah beberapa kali meletus. Catatan awal mengenai letusan Gunung Semeru ini adalah tahun 1818. Pada tahun 1818 hingga tahun  1913 tidak ada tentang letusan gunung ini. Baru sekitar tahun 1941- 1942 ada catatan  tentang aktivitas vulkanik dari Gunung Semeru.
Gunung api ini sempat mengeluarkan lava dan berdurasi cukup panjang.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan adanya leleran lava yang terjadi pada tanggal 21 September 1941 hingga bulan Februari 1942. Pada saat itu terjadi letusan Gunung Semeru hingga sampai di lereng sebelah timur dengan ketinggian 1.400 hingga 1.775 meter. Material vulkanik juga sempat menimbun pos pengairan yang berada di daerah Bantengan.

Letusan terakhir terjadi pada hari Sabtu tanggal 4 Desember 2021. Gunung Semeru meletus dan mengeluarkan awan panas dan juga hujan abu di Kabupaten Lumajang dan Malang.
Guguran awan panas meluncur menuju daerah Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Pronojiwo, Lumajang. Terjadi letusan Wedus Gembel yang terjadi setiap 15-30 menit pada puncak gunung Semeru yang masih aktif. Erupsi dari Gunung Semeru itu menyebabkan sejumlah orang terluka dan sejumlah penambang pasir masih terjebak.

Ada beberapa catatan tentang erupsi Gunung Semeru ini diantaranya adalah : 

Pada tanggal 1 Desember 1977, guguran lava menghasilkan awan panas guguran dengan jarak hingga 10 kilometer di Besuk Kembar. Volume endapan material vulkanik yang teramati mencapai 6,4 juta meter kubik. 
Awan panas juga mengarah ke wilayah Besuk Kobokan. Saat itu sawah, jembatan dan rumah warga rusak. Aktivitas vulkanik berlanjut dan tercatat pada 1978 – 1989.

Pada awal tahun 1994 terjadi lahar panas yang  mengaliri lereng selatan Gunung Semeru dan membawa beberapa korban jiwa, walaupun pemandangan sungai panas yang berkelok- kelok menuju ke laut ini sempat juga menjadi tontonan yang sangat menarik.

Pada bulan November 1997, Gunung Semeru juga  meletus sebanyak 2990 kali. Siang hari arah angin menuju puncak, untuk itu hindari datang siang hari di puncak, karena gas beracun dan letusan mengarah ke puncak. Letusan berupa asap putih, kelabu sampai hitam dengan tinggi letusan 300-800 meter. Material yang keluar pada setiap letusan berupa abu, pasir, kerikil, bahkan batu-batu panas menyala yang sangat berbahaya apabila pendaki terlalu dekat. 

Beberapa aktivitas vulkanik tercatat beruntun pada tahun 1945, 1946, 1947, 1950, 1951, 1952, 1953, 1954, 1955 – 1957, 1958, 1959 
dan 1960. 
Gunung Semeru memang termasuk salah satu gunung api aktif dalam aktivitas vulkaniknya.

PVMBG juga mencatat aktivitas vulkanik Gunung Semeru pada 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007 dan 2008. Pada tahun 2008, tercatat beberapa kali erupsi, yaitu pada rentang 15 Mei hingga 22 Mei 2008. Teramati pada 22 Mei 2008, empat kali guguran awan panas yang mengarah ke wilayah Besuk Kobokan dengan jarak luncur 2.500 meter.

Erupsi pada awal Januari 2021 mengakibatkan penduduk di 5 kecamatan di lereng Semeru terkena dampak erupsi. Kelima kecamatan itu adalah Kecamatan Candipuro, Kecamatan Pasrujambe, Kecamatan Senduro, Kecamatan Gucialit dan Kecamatan Pasirian. 

Pihak PVMBG mengimbau kepada masyarakat untuk tidak melakukan beraktivitas dalam radius 1 km dari kawah puncak G. Semeru dan jarak 4 Km arah bukaan kawah di sektor selatan-tenggara, serta mewaspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. 
Radius dan jarak rekomendasi ini juga akan  dievaluasi untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan yang mendadak.

Menurut data PVMBG, aktivitas Gunung Semeru berada di kawah Jonggring Seloko. Kawah ini berada di sisi tenggara puncak Mahameru. Sedangkan karakter letusannya, Gunung Semeru ini bertipe vulkanian dan strombolian yang terjadi 3 sampai 4 kali setiap jam.

Karakter letusan vulcanian berupa letusan eksplosif yang dapat menghancurkan kubah dan lidah lava yang telah terbentuk sebelumnya. Sementara, karakter letusan strombolian biasanya terjadi pembentukan kawan dan lidah lava baru.

Gunung Semeru atau Gunung Meru adalah sebuah gunung berapi kerucut di Jawa Timur, Indonesia. Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). 

Gunung Semeru ini terbentuk akibat subduksi Lempeng Indo-Australia kebawah Lempeng Eurasia. Gunung Semeru juga merupakan gunung berapi tertinggi ketiga di Indonesia setelah Gunung Kerinci di Pulau Sumatera dan Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kawah yang berada di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko.

Gunung Semeru ini termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, yang   mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung. Posisi geografis Semeru terletak antara 8°06' LS dan 112°55' BT.

Pada tahun 1913 dan 1946 Kawah Gunung Semeru yang dinamakan Jonggring Saloka memiliki kubah dengan ketinggian 3.744,8 m hingga akhir November 1973. Di sebelah selatan dari kubah ini terdapat tepi kawah yang sering menyebabkan aliran lava dari Gunung Semeru ke sisi selatan Gunung Semeru yang meliputi daerah Pronojiwo dan Candipuro di Kabupaten Lumajang.

Jalur pendakian dari Gunung Semeru yang termudah dan terdekat adalah melalui daerah Tumpang di Kabupaten Malang.
Orang Eropa pertama yang pernah mendaki gunung ini adalah Clignet dan Winny Brigita (1838), seorang ahli geologi berkebangsaan Belanda. Mereka menempuh jalur dari sebelah barat daya melalui Widodaren. 

Selanjutnya Junghuhn (1945), seorang ahli botani berkebangsaan Belanda, mendaki dari utara lewat gunung Ayek-ayek, gunung Inder-inder dan gunung Kepolo. 

Pada tahun 1911, Van Gogh dan Heim melalui lereng sebelah utara dan setelah tahun 1945 umumnya pendakian dilakukan lewat lereng utara melalui Ranu Pani dan Ranu Kumbolo hingga sekarang.

#Legenda Gunung Semeru

Menurut kepercayaan masyarakat Jawa yang ditulis pada kitab kuno Tantu Pagelaran yang berasal dari abad ke-15, pada dahulu kala Pulau Jawa mengambang di lautan luas, terombang-ambing dan senantiasa berguncang. Menurut legenda Para Dewa memutuskan untuk memakukan Pulau Jawa dengan cara memindahkan Gunung Meru di India ke atas Pulau Jawa.

Dewa Wisnu kemudian menjelma menjadi seekor kura-kura raksasa menggendong gunung itu dipunggungnya, sementara Dewa Brahma menjelma menjadi ular panjang yang membelitkan tubuhnya pada gunung dan badan kura-kura sehingga gunung itu dapat diangkut dengan aman.

Dewa-dewa tersebut meletakkan gunung itu di atas bagian pertama pulau yang mereka temui, yaitu di bagian barat Pulau Jawa. Tetapi berat gunung itu mengakibatkan ujung pulau bagian timur terangkat ke atas. 

Kemudian mereka memindahkannya ke bagian timur pulau Jawa. Ketika gunung Meru dibawa ke timur, serpihan gunung Meru yang tercecer menciptakan jajaran pegunungan di pulau Jawa yang memanjang dari barat ke timur. 

Akan tetapi ketika puncak Meru dipindahkan ke timur, pulau Jawa masih tetap miring, sehingga para dewa memutuskan untuk memotong sebagian dari gunung dan menempatkannya di bagian barat laut. Penggalan ini membentuk Gunung Pawitra, yang sekarang dikenal dengan nama Gunung Penanggungan, dan bagian utama dari Gunung Meru, tempat bersemayam Dewa Shiwa, sekarang dikenal dengan nama Gunung Semeru. Pada saat Sang Hyang Siwa datang ke pulau Jawa dilihatnya banyak pohon Jawawut, sehingga pulau tersebut dinamakan Jawa.

Lingkungan geografis pulau Jawa dan Bali memang cocok dengan lambang-lambang agama Hindu. Dalam agama Hindu ada kepercayaan tentang Gunung Meru, Gunung Meru dianggap sebagai rumah tempat bersemayam dewa-dewa dan sebagai sarana penghubung di antara bumi (manusia) dan Kayangan. Banyak masyarakat Jawa dan Bali sampai sekarang masih menganggap gunung sebagai tempat kediaman Dewata, Hyang, dan makhluk halus.

Menurut orang Bali, Gunung Mahameru dipercayai sebagai Bapak Gunung Agung di Bali dan dihormati oleh masyarakat Bali. Upacara sesaji kepada para dewa-dewa Gunung Mahameru dilakukan oleh orang Bali. Betapapun upacara tersebut hanya dilakukan setiap 8-12 tahun sekali hanya pada waktu orang menerima suara gaib dari dewa Gunung Mahameru. Selain upacara sesaji itu orang Bali sering datang ke daerah Gua Widodaren untuk mendapat Tirta suci.

#Gas beracun

Di puncak Gunung Semeru atau yang disebut Puncak Mahameru, para pendaki disarankan untuk tidak menuju kawah Jonggring Saloko, dan dilarang mendaki dari sisi sebelah selatan, karena adanya gas beracun dan aliran lahar. 
Gas beracun ini dikenal dengan nama Wedhus Gembel yang dalam Bahasa Jawa yang berarti "kambing gimbal", yakni kambing yang berbulu seperti rambut gimbal.  

Suhu dipuncak Mahameru berkisar antara 
4 - 10 derajat Celsius, pada puncak musim kemarau dan bisa di bawah 0 derajat Celsius, di musim penghujan, sering juga dijumpai kristal-kristal es. Cuacanya sering berkabut terutama pada siang, sore dan malam hari. Angin bertiup kencang, pada bulan Desember - Januari dan sering juga terjadi badai.

Ada kisah yang menyedihkan terjadi pada tahun 1969. Soe Hok Gie, salah seorang tokoh aktivis Indonesia dan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia, putra dari Soe Lie Piet dan Nio Hoe An yang lahir di Jakarta, pada tanggal 17 Desember 1942, Jakarta. 
Soe Hok Gie adalah saudara kandung dari Arief Budiman.

Soe Hok Gie bersama kawannya yang bernama 
Idhan Dhanvantari Lubis meninggal dunia di atas puncak Gunung Semeru pada tanggal 
16 Desember 1969, karena menghirup asap beracun di Gunung Semeru. 


https://www.facebook.com/groups/623918821527219/permalink/977707992814965/