Monday 4 September 2017

ORANG CEPU TAK PERLU TAKUT MENDAKI DI GUNUNG LAWU 3265 MDPL

Base Camp Gunung Lawu Via Cemoro Sewu

Mendaki adalah sebuah rutinitas pemuda dijaman sekarang, ada yang mendaki sebagai hobi, ada yang dijadikan sebagai ajang foto-foto, ada pula untuk mengenal alam lebih dekat, dan masih banyak lagi sebutan bagi mereka. Dengan banyaknya pendaki di era sekarang bukan berarti kita bisa sesuka hati untuk naik turun gunung begitu saja. Kita sebagai pemuda Indonesia harus bangga dengan kekayaan alam Indonesia dengan cara melestarikannya. Cara untuk melestarikannya kita cukup menjaga alam ketika mendaki. Sebagi contoh “jangan membuang sampah sembarangan apalagi membuang putung rokok yang masih menyala sembarangan”. “Saat mendaki taatilah peraturan yang ada, tidak lupa juga jangan meremehkan alam”.

Gunung lawu, mungkin sebelumnya para pendaki sudah tidak asing dengan nama tersebut. Gunug yang terkenal dengan suhu terdingin, gunung yang terkenal terdapat warung diatas gunung (Mbok Yem), gunung yang mempunyai mitos bahwa orang Cepu tidak boleh mendaki di gunung tersebut. Adanya mitos orang Cepu tidak diperbolehkan mendaki di gunung lawu membuat para orang Cepu takut akan mendaki di gunung tersebut. Sekarang orang Cepu tak perlu takut lagi untuk mendaki di gunung tersebut karena sudah banyak orang Cepu mendaki di gunung lawu tanpa ada hambatan. 

Pendaki Dari Cepu: Lis, Yusuf, Dhani, Shenta, Semsal, Nanda (dari kiri)

Tanggal 17 Agustus 2017 tepat hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-72, kami pendaki asal Cepu mendaki gunung lawu via Cemoro Sewu. Kami pendaki dari Cepu dengan personil 4 cowok yaitu Semsal, Nanda, Yusuf, Lis dan 2 cewek yaitu Shenta, Dhani. Pendakian yang kami lakukan semata-mata hanya ingin merayakan hari kemerdekaan Republik Indunesia tanpa ada niatan yang lain. Untuk tiket masuk kami mengeluarkan uang sebesar Rp. 15k/orang dikarenakan hari libur maka harga tiket naik. Setelah registrasi dan membayar kami bersiap-siap untuk mendaki, tidak lupa kami memanjatkan do’a menurut agama kita masing-masing agar selamat dalam pendakian dan pulang dengan keadaan sehat. Pendakianpun dimulai dengan hati gembira, berjalan pelan yang penting bisa sampai tujuan. Didalam perjalanan kami berrtemu dengan pendaki lain, kami saling sapa satu sama lain.

Kebiasaan Pendaki Cewek

Karena diantara kami ada cewek maka kebiasaan pendaki cewek tidak akan lupa mengabadikan moment. Itu bukanlah halangan bagi kami dalam pendakian yang penting kami tidak merusak alam sekitar. Selesai berfoto ria kamipun melanjutkan pendakian kami yang masih begitu panjang. Pendakian berjalan dengan gembira, ada yang sedang nyayi menghibur diri agar pendakian kami tidak terasa sunyi. Tak terasa pendakian sudah terlampau panjang sampai kami bertemu satu keluarga ingin mendaki juga dan mereka sangat ceria menikmati alam. Melihat peta hampir sampai pada pos bayangan 1 kami lenih bersemangat dalam pendakian. Target kami saat pos bayangan 1 untuk sejenak beristirahat agar tidak kehabisan tenaga dalam pendakian.

Pos Bayangan 1 Bertemu Keluarga Pendaki

Saat istirahat kami berbincang-bincang dengan keluarga pendaki yang telah dilewati tadi. Ternyata setelah ditanya mereka tidak mendaki sampai puncak karena tidak membawa perlengkapan gunung. Mereka hanya sampai pos 1 dan mengambil gambar setelah itu kembali kerumah. “Lagipula kami juga membawa anak kecil, kami tidak tega kalau anak kami kedinginan nantinya” kata bapak dari keluarga pendaki. Perbincangan kami dengan keluarga pendaki tidak bigitu lama karena kami masih melanjutkan pendakian. Sebelum kami melanjutkan pendakian kami tidak lupa untuk memungut sampah yang sudah kami buat. Memang sebelum pendakian kami sudah minyaipkan tas kresek untuk sampah. Pendakianpun kami mulai lagi, masih dengan rasa gembira pendakian yang semula agak kendor kini semakin bersemangat.


Langkah demi langkah kami tempuh, pendakian kami hampir sampai pos bayangan 2 dimana target kami akan beristirahat kedua kalinya. Dalam pendakian gunung lawu dari base camp sampai pos 1 itu sangatlah jauh maka dari tadi menyebut pos bayangan 1, dan pos bayangan 2. Pos bayangan 2 terdapat sumber air yang diberi nama Sumber Wesanan. Disana para pendaki banyak yang mengambil air sesuka hati asal tidak mengotori air tersebut.

Pos Bayangan 2


Sumber Wesanan 

Untuk para pendaki yang ingin melakukan pendakian di gunung lawu kami sarankan tidak perlu bawa minum banyak-banyak dari rumah karena di pos bayangan 2 ada sumber air. Cukup bawa botol kosong dan diisi di Sumber Wesanan. Istirahat di pos bayangan 2 juga terdapat warung, disana kami beristirahat sambil mengambil air untuk dibawa dalam pendakian. Setelah kami rasa cukup dalam beristirahat dan mengambil air, pendakian kami lanjutkan.

Sebenarnya pos bayangan 2 sampai ke pos 1 sangat dekat, namun persediaan air kami belum cukup maka kami mengambil air di pos bayangan 2 sebelum menuju pos 1. Pos 1 adalah tempat kami beristirahat paling lama dikarenakan dalam pendakian pos 1 menuju pos 2 tidak ada pos bayangan. Selain itu pendakian pos 1 menuju pos 2 memerlukan waktu sama seperti base camp menuju pos 1 yang membedakan tracknya lebih menanjak.

Pos 1: Menjalankan Kewajiban dan Makan

Di pos 1 kami menjalankan kewajiban kami sebagai umat muslim, meskipun di gunung kami tidak melupakan sang Pencipta. Sambil bergantian ada dari kami yang memasak untuk makan. Meski dengan mie instan cukuplah untuk mengganjal perut kami yang telah keroncongan. Selesai makan kami tidak pernah lupa selalu mengantongi sampah yang telah kita buat apalagi kami makan mie instan. Tempat yang kita tempati haruslah bersih seperti semula agar tak mengubah keindahan alam. Saat dirasa cukup dan taka da yang tertinggal kami menlanjutkan pendakian masih dalam keadaan gembira. Walau pendakian saat itu disambut kabut, kami tak putus asa untuk melanjutkan pendakian yang masih begitu panjang. Untung dalam pendakian yang disambut kabut tersebut tidak begitu lama, jadi kami tak begitu kawatir.

Bunga Edelwis

Tak begitu lama dalam pendakian gunung lawu, kami di sambut oleh indahnya pesona edelwis. Disini kami semakin gembira karena alam memberikan keindahan yang lebih dari apa yang kami fikikirkan sebelumnya. Dengan adanya edelwis membuta semangat kami semakin terpacu untuk menuju puncak gunung luwu.

Melewati Jutaan Bunga Edelwis

Sangat disayangkan ketika kami melawati jutaan bunga edelwis tersebut, kami menemukan ada potongan-potongan bunga akibat tangan-tangan jail. Pendakian masih begitu lama, tenaga semakin terkuras, namun semangat untuk menuju puncak tidak pudar. Kami masih melanjutkan pendakian kami meski sempat berhenti sejenak. Beruntung kami membawa air banyak dari sumur, kami jadi tak begitu kehausan. Berjam-jam kami berjalan akhirnya kami sampai di watu jago menunjukkan bahwa pos 2 hampir tiba. Sampai sini kami beristirahat sejenak untuk menghilangkan dahaga.

Watu Jago

Watu Jago adalah tempat dimana dengan ciri-ciri terdapat batu besar agak menghalangi jalannya pendakian. Tapi tidak di permaslahkan karena masih bisa untuk dilewati dalam pendakian menuju pos 2. Sebelum menemukan watu jago tersebut kita akan menjumpai banyak bebatuan disekitar watu jago. Disitulah kami bertemu pendaki lain yang juga beristirahat dan sedang makan mie instan juga. Pos 2 hampir sampai, aku (Semsal) dan Nanda berinisiatif berangkat dulu menuju pos 2 untuk mendirikan tenda. Meihat hari mulai petang dan kami sebagian dari kami ada cewek maka tenda harus sudah berdiri sebelum gelap dan dingin. Sesampainya di pos 2 aku dan Nanda mendirikan tenda sedangkan 4 orang yang lain masih dalam perjalanan menuju pos 2.

                                                                                        Memasak di Pos 2 

Tenda sudah berdiri, 4 orang dari kami sudah sampai, sesampainya di pos 2 sebagian ada yang ganti baju, memasak, dan ada yang kedinginan. Salah satu dari kami kedinginan di karenakan suhu di pos 2 yang kami tempati sudah mencapai 18 oC. Bukan berarti kedinginan lalu teman kami membuat hambatan dalam pendakian. Teman kami hanya kedinginan sejenak tidak sampai hipotermia. Target kami semua jam 9 malam sudah tidur dan bangun jam 3 pagi untuk melanjutkan pendakian ke puncak gunung lawu. Jam menunjukkan 11 malam, angina bertiup tak seperti biasanya. Ini menunjukkan bahwa ada badai, namun saat itu terbilang badai kecil.

Tepat jam 3 pagi Lis bangun dan membangunkan kami umtuk melanjutkan pendakian menuju puncak lawu. Melihat cuaca tidak medukung kami cancel pendakian jam 3 pagi menjadi jam 7 pagi. Hampir jam 7 pagi kami siap-siap untuk melanjutkan pendakian sesuai yang di targetkan sebelumnya.

Panorama Lawu

Pendakian menuju puncak belum tiba namun kami sudah disuguhi panorama lawu yang begitu dahsyatnya. Tercengan melihat begitu indahnya alam Indonesia sampai kami tak sadar bahwa masih beberapa perjalanan yang harus ditempuh. 

Foto bersama para pendaki dan pendaki lagend (Mbah Jenggot)

Pada akhirnya kamipun sampai ketujuan, disana kami bertemu banyak sekali pendaki. Yang paling kami baggakan disana kami juga bertemu kakek yang sudah lama mendaki. Kami menyebut kakek itu adalah pendaki lagend karena pengalamannya yang sudah bertahun-tahun beliau bernama Mbah Jenggot. Setelaha berfoto ria kami turun dan kembali kerumah untuk melanjutkan rutinitas di tempat masing-masing.

Demikian kisah kami saat melakukan pendakian menuju gunung lawu yang kami idamkan selama ini akhirnya telah terwujut. Meski begitu, kami tetap menaati peraturan yang ada demi lancarnya pendakian. Pada intinya yang terpenting adalah niat kita saat mendaki, kalau niat kita baik maka akan berbuah baik. Sebaliknya jika niat kita sudah jelek maka akan berbuah kejelekan pula. Tidak lupa juga jangan lupkan dengan yang menciptakan kita disaat mendaki atau tidak. Jangan lupa juga kita mendaki harus sopan layaknya bertamu dirumah orang. Tulisan ini tidak menuntut untuk melanggar mitos-mitos yang ada karena itu tergantung kepada diri kita masing-masing dalam menyikapi mitos yang ada. Semoga tulisan ini menjadi contoh menyikapi bagaimana cara mendaki yang layak.

Penulis: Semsal