ORANG CEPU TAK PERLU TAKUT MENDAKI DI GUNUNG LAWU 3265 MDPL
Base Camp Gunung Lawu Via Cemoro Sewu
Mendaki adalah sebuah
rutinitas pemuda dijaman sekarang, ada yang mendaki sebagai hobi, ada yang
dijadikan sebagai ajang foto-foto, ada pula untuk mengenal alam lebih dekat,
dan masih banyak lagi sebutan bagi mereka. Dengan banyaknya pendaki di era
sekarang bukan berarti kita bisa sesuka hati untuk naik turun gunung begitu
saja. Kita sebagai pemuda Indonesia harus bangga dengan kekayaan alam Indonesia
dengan cara melestarikannya. Cara untuk melestarikannya kita cukup menjaga alam
ketika mendaki. Sebagi contoh “jangan membuang sampah sembarangan apalagi
membuang putung rokok yang masih menyala sembarangan”. “Saat mendaki taatilah
peraturan yang ada, tidak lupa juga jangan meremehkan alam”.
Gunung lawu, mungkin sebelumnya para
pendaki sudah tidak asing dengan nama tersebut. Gunug yang terkenal dengan suhu
terdingin, gunung yang terkenal terdapat warung diatas gunung (Mbok Yem), gunung
yang mempunyai mitos bahwa orang Cepu tidak boleh mendaki di gunung tersebut. Adanya
mitos orang Cepu tidak diperbolehkan mendaki di gunung lawu membuat para orang
Cepu takut akan mendaki di gunung tersebut. Sekarang orang Cepu tak perlu takut
lagi untuk mendaki di gunung tersebut karena sudah banyak orang Cepu mendaki di
gunung lawu tanpa ada hambatan.
Pendaki
Dari Cepu: Lis, Yusuf, Dhani, Shenta, Semsal, Nanda (dari kiri)
Tanggal 17 Agustus 2017 tepat hari kemerdekaan Republik Indonesia yang
ke-72, kami pendaki asal Cepu mendaki gunung lawu via Cemoro Sewu. Kami pendaki
dari Cepu dengan personil 4 cowok yaitu Semsal, Nanda, Yusuf, Lis dan 2 cewek
yaitu Shenta, Dhani. Pendakian yang kami lakukan semata-mata hanya ingin
merayakan hari kemerdekaan Republik Indunesia tanpa ada niatan yang lain. Untuk
tiket masuk kami mengeluarkan uang sebesar Rp. 15k/orang dikarenakan hari libur
maka harga tiket naik. Setelah registrasi dan membayar kami bersiap-siap untuk
mendaki, tidak lupa kami memanjatkan do’a menurut agama kita masing-masing agar
selamat dalam pendakian dan pulang dengan keadaan sehat. Pendakianpun dimulai
dengan hati gembira, berjalan pelan yang penting bisa sampai tujuan. Didalam perjalanan
kami berrtemu dengan pendaki lain, kami saling sapa satu sama lain.
Kebiasaan
Pendaki Cewek
Karena diantara kami ada cewek maka kebiasaan pendaki cewek tidak akan
lupa mengabadikan moment. Itu bukanlah halangan bagi kami dalam pendakian yang
penting kami tidak merusak alam sekitar. Selesai berfoto ria kamipun melanjutkan
pendakian kami yang masih begitu panjang. Pendakian berjalan dengan gembira,
ada yang sedang nyayi menghibur diri agar pendakian kami tidak terasa sunyi. Tak
terasa pendakian sudah terlampau panjang sampai kami bertemu satu keluarga
ingin mendaki juga dan mereka sangat ceria menikmati alam. Melihat peta hampir
sampai pada pos bayangan 1 kami lenih bersemangat dalam pendakian. Target kami
saat pos bayangan 1 untuk sejenak beristirahat agar tidak kehabisan tenaga
dalam pendakian.
Pos
Bayangan 1 Bertemu Keluarga Pendaki
Saat
istirahat kami berbincang-bincang dengan keluarga pendaki yang telah dilewati
tadi. Ternyata setelah ditanya mereka tidak mendaki sampai puncak karena tidak
membawa perlengkapan gunung. Mereka hanya sampai pos 1 dan mengambil gambar
setelah itu kembali kerumah. “Lagipula kami juga membawa anak kecil, kami tidak
tega kalau anak kami kedinginan nantinya” kata bapak dari keluarga pendaki. Perbincangan
kami dengan keluarga pendaki tidak bigitu lama karena kami masih melanjutkan
pendakian. Sebelum kami melanjutkan pendakian kami tidak lupa untuk memungut
sampah yang sudah kami buat. Memang sebelum pendakian kami sudah minyaipkan tas
kresek untuk sampah. Pendakianpun kami mulai lagi, masih dengan rasa gembira
pendakian yang semula agak kendor kini semakin bersemangat.
Langkah demi langkah kami tempuh, pendakian kami hampir sampai pos bayangan 2 dimana target kami akan beristirahat kedua kalinya. Dalam pendakian gunung lawu dari base camp sampai pos 1 itu sangatlah jauh maka dari tadi menyebut pos bayangan 1, dan pos bayangan 2. Pos bayangan 2 terdapat sumber air yang diberi nama Sumber Wesanan. Disana para pendaki banyak yang mengambil air sesuka hati asal tidak mengotori air tersebut.
Pos
Bayangan 2
Sumber
Wesanan
Untuk
para pendaki yang ingin melakukan pendakian di gunung lawu kami sarankan tidak
perlu bawa minum banyak-banyak dari rumah karena di pos bayangan 2 ada sumber
air. Cukup bawa botol kosong dan diisi di Sumber Wesanan. Istirahat di pos
bayangan 2 juga terdapat warung, disana kami beristirahat sambil mengambil air
untuk dibawa dalam pendakian. Setelah kami rasa cukup dalam beristirahat dan
mengambil air, pendakian kami lanjutkan.
Sebenarnya pos bayangan 2 sampai ke
pos 1 sangat dekat, namun persediaan air kami belum cukup maka kami mengambil
air di pos bayangan 2 sebelum menuju pos 1. Pos 1 adalah tempat kami
beristirahat paling lama dikarenakan dalam pendakian pos 1 menuju pos 2 tidak
ada pos bayangan. Selain itu pendakian pos 1 menuju pos 2 memerlukan waktu sama
seperti base camp menuju pos 1 yang membedakan tracknya lebih menanjak.
Pos
1: Menjalankan Kewajiban dan Makan
Di pos 1 kami menjalankan kewajiban kami sebagai umat muslim, meskipun
di gunung kami tidak melupakan sang Pencipta. Sambil bergantian ada dari kami
yang memasak untuk makan. Meski dengan mie instan cukuplah untuk mengganjal
perut kami yang telah keroncongan. Selesai makan kami tidak pernah lupa selalu
mengantongi sampah yang telah kita buat apalagi kami makan mie instan. Tempat
yang kita tempati haruslah bersih seperti semula agar tak mengubah keindahan
alam. Saat dirasa cukup dan taka da yang tertinggal kami menlanjutkan pendakian
masih dalam keadaan gembira. Walau pendakian saat itu disambut kabut, kami tak
putus asa untuk melanjutkan pendakian yang masih begitu panjang. Untung dalam
pendakian yang disambut kabut tersebut tidak begitu lama, jadi kami tak begitu
kawatir.
Bunga
Edelwis
Tak begitu lama dalam pendakian gunung lawu, kami di sambut oleh
indahnya pesona edelwis. Disini kami semakin gembira karena alam memberikan
keindahan yang lebih dari apa yang kami fikikirkan sebelumnya. Dengan adanya
edelwis membuta semangat kami semakin terpacu untuk menuju puncak gunung luwu.
Melewati
Jutaan Bunga Edelwis
Sangat disayangkan ketika kami melawati jutaan bunga edelwis tersebut,
kami menemukan ada potongan-potongan bunga akibat tangan-tangan jail. Pendakian
masih begitu lama, tenaga semakin terkuras, namun semangat untuk menuju puncak
tidak pudar. Kami masih melanjutkan pendakian kami meski sempat berhenti
sejenak. Beruntung kami membawa air banyak dari sumur, kami jadi tak begitu
kehausan. Berjam-jam kami berjalan akhirnya kami sampai di watu jago menunjukkan bahwa pos 2 hampir tiba. Sampai sini kami
beristirahat sejenak untuk menghilangkan dahaga.
Watu Jago
Watu Jago
adalah tempat dimana dengan ciri-ciri terdapat batu besar agak menghalangi
jalannya pendakian. Tapi tidak di permaslahkan karena masih bisa untuk dilewati
dalam pendakian menuju pos 2. Sebelum menemukan watu jago tersebut kita akan menjumpai banyak bebatuan disekitar watu jago. Disitulah kami bertemu
pendaki lain yang juga beristirahat dan sedang makan mie instan juga. Pos 2
hampir sampai, aku (Semsal) dan Nanda berinisiatif berangkat dulu menuju pos 2
untuk mendirikan tenda. Meihat hari mulai petang dan kami sebagian dari kami
ada cewek maka tenda harus sudah berdiri sebelum gelap dan dingin. Sesampainya
di pos 2 aku dan Nanda mendirikan tenda sedangkan 4 orang yang lain masih dalam
perjalanan menuju pos 2.
Memasak
di Pos 2
Tenda
sudah berdiri, 4 orang dari kami sudah sampai, sesampainya di pos 2 sebagian
ada yang ganti baju, memasak, dan ada yang kedinginan. Salah satu dari kami
kedinginan di karenakan suhu di pos 2 yang kami tempati sudah mencapai 18 oC.
Bukan berarti kedinginan lalu teman kami membuat hambatan dalam pendakian.
Teman kami hanya kedinginan sejenak tidak sampai hipotermia. Target kami semua jam 9 malam sudah tidur dan bangun
jam 3 pagi untuk melanjutkan pendakian ke puncak gunung lawu. Jam menunjukkan
11 malam, angina bertiup tak seperti biasanya. Ini menunjukkan bahwa ada badai,
namun saat itu terbilang badai kecil.
Tepat jam 3 pagi Lis bangun dan
membangunkan kami umtuk melanjutkan pendakian menuju puncak lawu. Melihat cuaca
tidak medukung kami cancel pendakian jam 3 pagi menjadi jam 7 pagi. Hampir jam
7 pagi kami siap-siap untuk melanjutkan pendakian sesuai yang di targetkan
sebelumnya.
Panorama Lawu
Pendakian menuju puncak belum tiba namun kami sudah disuguhi panorama
lawu yang begitu dahsyatnya. Tercengan melihat begitu indahnya alam Indonesia
sampai kami tak sadar bahwa masih beberapa perjalanan yang harus ditempuh.
Foto bersama para pendaki dan pendaki lagend (Mbah Jenggot)
Pada
akhirnya kamipun sampai ketujuan, disana kami bertemu banyak sekali pendaki.
Yang paling kami baggakan disana kami juga bertemu kakek yang sudah lama
mendaki. Kami menyebut kakek itu adalah pendaki lagend karena pengalamannya
yang sudah bertahun-tahun beliau bernama Mbah Jenggot. Setelaha berfoto ria kami turun dan kembali kerumah untuk melanjutkan rutinitas di tempat masing-masing.
Demikian kisah kami saat melakukan
pendakian menuju gunung lawu yang kami idamkan selama ini akhirnya telah
terwujut. Meski begitu, kami tetap menaati peraturan yang ada demi lancarnya
pendakian. Pada intinya yang terpenting adalah niat kita saat mendaki, kalau
niat kita baik maka akan berbuah baik. Sebaliknya jika niat kita sudah jelek
maka akan berbuah kejelekan pula. Tidak lupa juga jangan lupkan dengan yang
menciptakan kita disaat mendaki atau tidak. Jangan lupa juga kita mendaki harus
sopan layaknya bertamu dirumah orang. Tulisan ini tidak menuntut untuk
melanggar mitos-mitos yang ada karena itu tergantung kepada diri kita
masing-masing dalam menyikapi mitos yang ada. Semoga tulisan ini menjadi contoh
menyikapi bagaimana cara mendaki yang layak.
Penulis: Semsal